Total Tayangan Halaman

22 November 2012

Nikmati Kopinya, Bukan Cangkirnya

Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir
masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang
telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada keluhan tentang
stress di pekerjaan dan kehidupan mereka.

Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali
dengan porsi besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis dari
porselin, plastic, gelas kristal, gelas biasa, beberapa di antaranya
gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah, dan mengatakan pada
para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan,
professor itu mengatakan: "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang
indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa
dan murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya
yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi
sumber masalah dan stress yang kalian alami."

Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi.
Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus,
bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan
sebenarnya adalah kopi, bukan cangkirnya, namun kalian secara sadar
mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir
orang lain. Sekarang perhatikan hal ini: hati kita bagai kopi,
sedangkan pekerjaan, uang dan posisi adalah cangkirnya. Sering kali
karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati
kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.

Kehidupan yang sesungguhnya adalah hati Anda. Apakah Anda
merasa bahagia dan damai? Apakah Anda mencintai dan dicintai oleh
keluarga, saudara dan teman-teman Anda? Apakah Anda tidak berpikir
buruk tentang orang lain dan tidak gampang marah? Apakah Anda sabar,
murah hati, bersukacita karena kebenaran, sopan dan tidak egois?

Hanya hati Anda dan Tuhan yang tahu. Namun bila Anda ingin menikmati
kopi dan bukan cangkirnya, hal-hal yang tidak semarak ini harus lebih
mengendalikan Anda ketimbang hal-hal semarak seperti pekerjaan, uang
dan posisi Anda!

dari milis motivasi

Inilah Cinta

Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan
menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar
sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong
sampai menemukan kur
si yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir. kemudian ia duduk, meletakkan
tasnya dipangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.
Setahun sudah lewat sejak Susan, 34, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa
dia kehilangan penglihatannya dan terlempar kedunia yang gelap gulita, penuh
amarah, frustrasi dan rasa kasihan pada diri sendiri.
Sebagai wanita yang independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan
yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya dan menjadi beban bagi
semua orang disekelilingnya.
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya
mengeras karena marah. Tetapi, betapapun seringnya ia menangis atau menggerutu
atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu penglihatannya takkan
pernah pulih lagi.
Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu
seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya
frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang
perwira Angkatan Udara. D
ia mencintai Susan dengan tulus.
Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan
tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekad untuk membantunya menemukan kembali
kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi.
Latar belakang mi
liter Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi
dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.
Akhirnya Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa ke
kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi
ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun
tempat kerja mereka
terletak dipinggir kota yang berseberangan.
Mula - mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa
melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal
paling sederhana sekalipun. Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu
keliru membuat mereka t
erburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark
menyimpulkan dalam hati. tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu
kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak.
Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti?
Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi.
"Aku buta!" tujasnya dengan pahit. "Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi?
Aku merasa kau akan meni
nggalkanku" Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus
dilakukan. Dia berjanji
bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih
diperlukan, sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri.
Dan itulah yang terjadi. Selama 2 minggu penuh Mark, menggunakan seragam
militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia
mengajari Susan bagimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama
pendengarannya, untuk menem
ukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan
menyisakan 1 kursi kosong untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada
hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung dari bus, atau
menjatuhkan tasnya yang penu
h berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu
Mark akan naik taksi ke kantornya.
Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark
yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark
percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu
kehilangan pengli
hatannya, wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak
akan pernah menyerah.
Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu
seorang diri. Tibalah hari senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang
pernah menjadi kawannya 1 bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca,
penuh air mata syukur k
arena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah.
Untuk pertama kalinya mereka pergi kearah yang berlawanan.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis ... Setiap hari dijalaninya dengan sempurna. Belum
pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil ! Dia mampu berangkat kerja tanpa
dikawal. Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja.
Ketika dia membayar
ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata :"wah, aku iri padamu". Susan
tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang
bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan
keberanian untk m
enjalani hidup?
Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir, "Kenapa kau bilang kau iri
kepadaku?" Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai
seperti itu". Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia
bertanya."Apa maksudmu?" Kau ta
hu minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer
berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan
bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk
ke kantormu. Setelah
itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita
yang beruntung". kata sopir itu.
Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak
dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung,
sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga
daripada penglihatan, hadiah
yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk meyakinkan diri, hadiah cinta
yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan.

Kenujuran Atau Kemalangan

Ada sebuah cerita Cina kuno tentang
seorang laki-laki tua yang sikapnya
dalam memandang kehidupan berbeda sama
sekali dengan orang-orang lain di desanya.

Rupanya laki-laki tua ini hanya
mempunyai seekor kuda, dan pada suatu
hari kudanya kabur. Para tetangganya
datang dan menaruh belas kasihan
kepadanya, mengatakan kepadanya betapa
mereka ikut sedih karena kemalangan yang
menimpanya.

Jawabannya membuat mereka heran.

"Tapi bagaimana kalian tahu itu
kemalangan?" dia bertanya.

Beberapa hari kemudian kudanya pulang,
dan ikut bersamanya dua ekor kuda liar.
Sekarang si laki-laki tua punya tiga
ekor kuda. Kali ini,
tetangga-tetangganya mengucapkan selamat
atas kemujurannya.

"Tapi bagaimana kalian tahu itu
kemujuran?" dia menjawab.

Pada hari berikutnya, sementara sedang
berusaha menjinakkan salah seekor kuda
liar, anak laki-lakinya jatuh dan
kakinya patah.

Sekali lagi, para tetangga datang, kali
ini untuk menghibur si laki-laki tua
karena kecelakaan yang menimpa anaknya.

"Tapi bagaimana kalian tahu itu
kemalangan?" dia bertanya.

Kali ini, semua tetangganya menarik
kesimpulan bahwa pikiran si tua kacau
dan tidak ingin lagi berurusan dengannya.

Walaupun demikian, keesokan harinya
penguasa perang datang ke desa dan
mengambil semua laki-laki yang sehat
untuk dibawa ke medan pertempuran.
Tetapi anak si laki-laki tua tidak ikut
diambil, sebab tubuhnya tidak sehat!

Kita semua akan menghayati kehidupan
yang lebih tenang kalau kita tidak
terlalu tergesa-gesa memberikan
penilaian kepada peristiwa yang tejadi.
Bahkan apa yang paling kita benci, dan
yang masih menimbulkan reaksi negatif
kalau terpikirkan oleh kita, mungkin
memainkan peranan positif dalam hidup kita

dari milis motivasi

Berani Kalah untuk Kemenangan Lebih besar

Saat ini ditengah kondisi Kompetisi yang sangat ketat, semua orang berlomba
untuk menjadi pemenang, walau dengan cara apapun, hal ini baik kita berkompetisi, tetapi terkadang ketika kompetisi dimulai, kita menyiapkan mental untuk berani Menang, lalu bagaimana jika sebaliknya yang terjadi kita kalah, yang banyak terlihat jika kita mengalami kekalahan kita akan berbuat merusak, dan tidak dapat menerima kenyataan bahwa kita kalah.

Dalam Zaman persaingan yang ketat, kita boleh bersaing dengan sangat dan ketat Namun, yang membuat saat hasil akhir telah kita dapat dan kita kalah, kita harus berani mengakui kekalahaan kita, meski saat proses itu terlihat persaingan yang ketat, tapi di akhir kita harus berani mengakui kemenangan lawan kita. Dari kekalahan ini kita bisa memulai kembali dengan mengevaluasi tentang penyebab kekalahan, bukan berusaha dengan cara-cara tidak baik untuk tetap menang, karena sesuatu yang dipaksakan dengan cara tidak baik akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik juga.

Masih banyak dari kita yang lebih mendahulukan nafsu pribadinya dalam hal kalah menang ini. Sehingga/ kita ini kurang bisa menerima kekalahan yang harus diterima terima. kita hanya menyiapkan mental untuk siap menang, tapi sama sekali tak siap menerima kekalahan. Memang lebih sulit menerima kekalahan bila tidak ada kesiapan untuk kalah. Apalagi mungkin ketika kata kalah tidak terpikirkan

Perlu kita sadari Kekalahan-kekalahan , datang dan menjadi elemen tak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan bukan hanya menjadi begian tak terpisahlan, kekalahan-kekalahan adalah kehidupan itu sendiri. Dengan mengalami kekalahan kita pasti akan merasakan Manisnya kemenangan.

Dari kehidupan pribadi saya, ketika saya melamar pekerjaan samapai posisi saat ini pun mungkin sudah 1000 pil kekalahan yang saya telan, sebelum akhirnya saya mendapatkan apa yang saya mimpikan dan inginkan, ingat kesuksesan dan kemenangan adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus, bukan dari proses instan dari perjuangan kita.

Berani menerimakekalahan adalah suatu pengalaman yang baik untuk kita bisa melangkah lebih baik lagi. Apakah anda seorang manusia yang Unggul kan.? Karena anda berani menjadi manusia, berarti anda harus berani untuk bertahan hidup, serta berani berjuang untuk menjadi pribadi yang unggul. Berani menjadi pribadi unggul harus berani berjuang, berani berjuang konsekuensinya adalah berani kalah, Jadi kepribadian yang unggul itu berani kalah, tetapi kalah bukan untuk terpuruk, tetapi kalah yang membangkitkan semangat yang lebih membara.

Kalah bukan akhir dari segala-galanya, kekalahan adalah suatu momentum kita untuk bisa bangkit dan maju, jadi berani berjuang, berani menang, juga berani kalah, dan kita akan menjadi pribadi yang luar biasa, dan banyak pelajaran yang kita ambil dari kekalahan, di banding dari kemenangan, jadi menang itu biasa, berani kalah itu luar biasa... berani kalah adalah sebuah langkah awal kita menjadi sukses...

Renungan ini ditulis oleh Erwin Arianto. di ambil dari milis motivasi

Kekuatan Pikiran

Dikisahkan, ada seorang ibu yang sangat menyayangi putra tunggalnya.Karena rasa kuatir yang sangat, ditambah maraknya berita penculikan di media massa, si ibu pun memberi nasihat kepada putranya, "Nak, kalau matahari sudah tidak bersinar lagi, jangan keluar rumah ya. Karena saat gelap seperti itulah roh jahat mulai bermunculan. Ada yang disebut kuntilanak, genderuwo, dan lain-lain. Pokoknya mahkluk jelek, hitam, dan jahat. Maka belajar baik-baik di dalam rumah saja ya, terutama malam hari, oke?" sang anak, yang sedikit penakut, dengan senang hati mematuhi nasehat ibunya.

Setelah beranjak remaja, si anak tumbuh menjadi pemuda cilik yang penakut dan pengecut. Seringkali, ketakutannya yang berlebihan itu terbawa-bawa dalam mimpi. Tidak jarang, ketika tidur ia tiba-tiba terbangun dengan berteriak histeris serta bersimbah peluh ketakutan. Kedua orangtuanya pun menjadi khawatir melihat perkembangan jiwa si anak. Berbagai nasehat bernada menghibur yang disampaikan si orangtua kepada anaknya tidak bermanfaat sama sekali. Bahkan, kadang si anak justru merasa orangtuanya berusaha mencelakai dia.

Suatu hari, sang kakek mendengar kondisi cucunya tersebut. Maka, ia pun segera menyempatkan diri berkunjung ke rumah anaknya. Setelah memikirkan dengan seksama, suatu sore, si kakek mengajak cucunya berjalan-jalan ke pasar malam bersama-sama dengan beberapa orang tetangga dan teman si cucu. Sesampainya di pasar malam itu, mereka pun bersenang-senang. Sang cucu dan teman-temannya bermain dan melihat berbagai pertunjukkan hingga malam hari. Setelah puas dan lelah bermain, mereka pun berjalan kaki pulang ke rumah.

Tiba di rumah, si kakek meneruskan berbincang santai dengan cucunya. "Cucuku, terang dan gelap adalah sifat alam. Tidak ada hubungannya dengan roh gentayangan dan kejahatan. Sudah kita buktikan sendiri, kan? Bukankah sepanjang jalan dalam kegelapan tadi tidak ada satu pun roh jahat yang mengganggu? Ketahuilah, roh jahat hanya ada di pikiran kamu sendiri. Usir dia dari pikiranmu, maka tidak akan ada yang namanya roh jahat di muka bumi ini. Kakek yang sudah setua ini telah membuktikan sendiri. Ketakutan hanya ada di pikiran kita. Gunakan pikiranmu untuk hal-hal yang baik, maka engkau akan membuat segalanya menjadi baik, indah, dan membahagiakan. "

Demikianlah, berkat kata-kata bijak dari si kakek, lewat proses waktu, akhirnya si cucu mampu mengubah mindset dan memiliki kesehatan mentalitas yang positif. Ia pun tumbuh jadi pemuda yang pemberani.

Pembaca yang budiman,

Mendidik anak dengan nada ancaman atau dengan menakutinya, walaupun untuk tujuan yang baik, bisa berdampak buruk dan merusak kesehatan mental, bila tidak disertai dengan pengertian benar!

Hukum pikiran bersifat universal dan berlaku untuk siapa saja, baik anak-anak atau orang dewasa, yakni you are what you think, Anda adalah apa yang Anda pikirkan! Maka, apa yang kita pikirkan, itulah yang akan terjadi. You are what you believe, Anda adalah apa yang Anda percayai!

Karena itu, kalau yang kita tanamkan ke dalam pikiran kita setiap hari adalah hal-hal yang negatif, dampaknya akan destruktif atau merusak. Sebaliknya, kalau baik dan positif sifatnya, tentu dampak dalam kehidupan kita akan menjadi positif dan konstruktif.

Sumber: Kekuatan Pikiran oleh Andrie Wongso

dari milis motivsi

Hachiko, Kesetiaan Seekor Anjing

Di Kota Shibuya, Jepang, tepatnya di alun-alun sebelah timur Stasiun Kereta Api Shibuya, terdapat patung yang sangat termasyur. Bukan patung pahlawan ataupun patung selamat datang, melainkan patung seekor anjing. Dibuat oleh Ando Takeshi pada tahun 1935 untuk mengenang kesetiaan seekor anjing kepada tuannya.

Seorang Profesor setengah tua tinggal sendirian di Kota Shibuya. Namanya Profesor Hidesamuro Ueno. Dia hanya ditemani seekor anjing kesayangannya, Hachiko. Begitu akrab hubungan anjing dan tuannya itu sehingga kemanapun pergi Hachiko selalu mengantar. Profesor itu setiap hari berangkat mengajar di universitas selalu menggunakan kereta api.. Hachiko pun setiap hari setia menemani Profesor sampai stasiun. Di stasiun Shibuya ini Hachiko dengan setia menunggui tuannya pulang tanpa beranjak pergi sebelum sang profesor kembali. Dan ketika Profesor Ueno kembali dari mengajar dengan kereta api, dia selalu mendapati Hachiko sudah menunggu dengan setia di stasiun. Begitu setiap hari yang dilakukan Hachiko tanpa pernah bosan.

Musim dingin di Jepang tahun ini begitu parah. Semua tertutup salju. Udara yang dingin menusuk sampai ke tulang sumsum membuat warga kebanyakan enggan ke luar rumah dan lebih memilih tinggal dekat perapian yang hangat.

Pagi itu, seperti biasa sang Profesor berangkat mengajar ke kampus. Dia seorang profesor yang sangat setia pada profesinya. Udara yang sangat dingin tidak membuatnya malas untuk menempuh jarak yang jauh menuju kampus tempat ia mengajar. Usia yang semakin senja dan tubuh yang semakin rapuh juga tidak membuat dia beralasan untuk tetap tinggal di rumah. Begitu juga Hachiko, tumpukan salju yang tebal
dimana-mana tidak menyurutkan kesetiaan menemani tuannya berangkat kerja. Dengan jaket tebal dan payung yang terbuka, Profesor Ueno berangkat ke stasun Shibuya bersama Hachiko. Tempat mengajar Profesor Ueno sebenarnya tidak terlalu jauh dari
tempat tinggalnya. Tapi memang sudah menjadi kesukaan dan kebiasaan Profesor untuk naik kereta setiap berangkat maupun pulang dari universitas.

Kereta api datang tepat waktu. Bunyi gemuruh disertai terompet panjang seakan sedikit menghangatkan stasiun yang penuh dengan orang- orang yang sudah menunggu itu. Seorang awak kereta yang sudah hafal dengan Profesor Ueno segera berteriak akrab ketika kereta berhenti. Ya, hampir semua pegawai stasiun maupun pegawai kereta kenal dengan
Profesor Ueno dan anjingnya yang setia itu, Hachiko. Karena memang sudah bertahun-tahun dia menjadi pelanggan setia kendaraan berbahan bakar batu bara itu.

Setelah mengelus dengan kasih sayang kepada anjingnya layaknya dua orang sahabat karib, Profesor naik ke gerbong yang biasa ia tumpangi. Hachiko memandangi dari tepian balkon ke arah menghilangnya profesor dalam kereta, seakan dia ingin mengucapkan,⤠saya akan menunggu tuan kembali.â¤

⤽ Anjing manis, jangan pergi ke mana-mana ya, jangan pernah pergi sebelum tuan kamu ini pulang!⤠teriak pegawai kereta setengah berkelakar.

Seakan mengerti ucapan itu, Hachiko menyambut dengan suara agak keras,â¤guukh!â¤
Tidak berapa lama petugas balkon meniup peluit panjang, pertanda kereta segera berangkat. Hachiko pun tahu arti tiupan peluit panjang itu. Makanya dia seakan-akan bersiap melepas kepergian profesor tuannya dengan gonggongan ringan. Dan didahului semburan asap yang tebal, kereta pun berangkat. Getaran yang agak keras membuat salju- salju yang menempel di dedaunan sekitar stasiun sedikit berjatuhan.

Di kampus, Profesor Ueno selain jadwal mengajar, dia juga ada tugas menyelesaikan penelitian di laboratorium. Karena itu begitu selesai mengajar di kelas, dia segera siap-siap memasuki lab untuk penelitianya. Udara yang sangat dingin di luar menerpa Profesor yang kebetulah lewat koridor kampus.

Tiba-tiba ia merasakan sesak sekali di dadanya. Seorang staf pengajar yang lain yang melihat Profesor Ueno limbung segera memapahnya ke klinik kampus. Berawal dari hal yang sederhana itu, tiba-tiba kampus jadi heboh karena Profesor Ueno pingsan. Dokter yang memeriksanya menyatakan Profesor Ueno menderita penyakit jantung, dan siang itu
kambuh. Mereka berusaha menolong dan menyadarkan kembali Profesor. Namun tampaknya usaha mereka sia-sia. Profesor Ueno meninggal dunia. Segera kerabat Profesor dihubungi. Mereka datang ke kampus dan memutuskan membawa jenazah profesor ke kampung halaman mereka, bukan kembali ke rumah Profesor di Shibuya..

Menjelang malam udara semakin dingin di stasiun Shibuya. Tapi Hachiko tetap bergeming dengan menahan udara dingin dengan perasaan gelisah. Seharusnya Profesor Ueno sudah kembali, pikirnya. Sambil mondar- mandir di sekitar balkon Hachiko mencoba mengusir kegelisahannya. Beberapa orang yang ada di stasiun merasa iba dengan kesetiaan anjing
itu. Ada yang mendekat dan mencoba menghiburnya, namun tetap saja tidak bisa menghilangkan kegelisahannya.

Malam pun datang. Stasiun semakin sepi. Hachiko masih menunggu di situ. Untuk menghangatkan badannya dia meringkuk di pojokan salah satu ruang tunggu. Sambil sesekali melompat menuju balkon setiap kali ada kereta datang, mengharap tuannya ada di antara para penumpang yang datang. Tapi selalu saja ia harus kecewa, karena Profesor Ueno tidak pernah datang. Bahkan hingga esoknya, dua hari kemu dian , dan
berhari-hari berikutnya dia tidak pernah datang. Namun Hachiko tetap menunggu dan menunggu di stasiun itu, mengharap tuannya kembali. Tubuhnya pun mulai menjadi kurus.

Para pegawai stasiun yang kasihan melihat Hachiko dan penasaran kenapa Profesor Ueno tidak pernah kembali mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Akhirnya didapat kabar bahwa Profesor Ueno telah meninggal dunia, bahkan telah dimakamkan oleh kerabatnya.

Mereka pun berusaha memberi tahu Hachiko bahwa tuannya tak akan pernah kembali lagi dan membujuk agar dia tidak perlu menunggu terus. Tetapi anjing itu seakan tidak percaya, atau tidak peduli. Dia tetap menunggu dan menunggu tuannya di stasiun itu, seakan dia yakin bahwa tuannya pasti akan kembali. Semakin hari tubuhnya semakin kurus kering karena jarang makan.

Akhirnya tersebarlah berita tentang seekor anjing yang setia terus menunggu tuannya walaupun tuannya sudah meninggal. Warga pun banyak yang datang ingin melihatnya. Banyak yang terharu. Bahkan sebagian sempat menitikkan air matanya ketika melihat dengan mata kepala sendiri seekor anjing yang sedang meringkuk di dekat pintu masuk
menunggu tuannya yang sebenarnya tidak pernah akan kembali. Mereka yang simpati itu ada yang memberi makanan, susu, bahkan selimut agar tidak kedinginan.

Selama 9 tahun lebih, dia muncul di station setiap harinya pada pukul 3 sore, saat dimana dia biasa menunggu kepulangan tuannya. Namun hari- hari itu adalah saat dirinya tersiksa karena tuannya tidak kunjung tiba. Dan di suatu pagi, seorang petugas kebersihan stasiun tergopoh- gopoh melapor kepada pegawai keamanan. Sejenak kemu dian suasana menjadi ramai. Pegawai itu menemukan tubuh seekor anjing yang sudah kaku meringkuk di pojokan ruang tunggu. Anjing itu sudah menjadi mayat. Hachiko sudah mati. Kesetiaannya kepada sang tuannya pun terbawa sampai mati.Warga yang mendengar kematian Hachiko segera berduyun-duyun ke stasiun Shibuya..

Mereka umumnya sudah tahu cerita tentang kesetiaan anjing itu. Mereka ingin menghormati untuk yang terakhir kalinya. Menghormati sebuah arti kesetiaan yang kadang justru langka terjadi pada manusia.

Mereka begitu terkesan dan terharu. Untuk mengenang kesetiaan anjing itu mereka kemu dian membuat sebuah patung di dekat stasiun Shibuya. Sampai sekarang taman di sekitar patung itu sering dijadikan tempat untuk membuat janji bertemu. Karena masyarakat di sana berharap ada kesetiaan seperti yang sudah dicontohkan oleh Hachiku saat mereka
harus menunggu maupun janji untuk datang.. Akhirnya patung Hachiku pun dijadikan symbol kesetiaan. Kesetiaan yang tulus, yang terbawa sampai mati.

Sungguh kisah yg menggugah hati.....tak habis2nya saya meneteskan air
mata membaca cerita hidup Hachiko....

DARI MILIS MOTIVASI

Dialog Tuhan dan CiptaanNya

Dikisahkan, Pada suatu ketika, Tuhan ingin sekali tahu bagaimana jika semua makhluk tersebut diberi kesempatan memilih hidup sekali lagi, ingin menjadi apakah masing-masing dari mereka? Maka, Tuhan pun bertanya kepada semua makhluk ciptaan-Nya.

Jawaban Tikus, "Jika diberi kesempatan memilih, aku ingin menjadi kucing. Enak jadi kucing, dia bisa bebas merdeka berada di dapur, disediakan makanan, susu, dan dielus-elus oleh manusia."

Kucing menjawab, "Kalau bisa memilih, aku ingin jadi tikus. Kepandaian tikus mengelilingi lorong-lorong rumah membuat orang serumah kewalahan, dan tikus bahkan bisa mencuri makanan yang tidak bisa aku santap. Hebat sekali menjadi seekor tikus."

Jawabnya Ayam, "Pasti aku ingin menjadi seekor elang. Lihatlah langit di atas sana , elang tampak begitu perkasa mengepakkan sayapnya yang indah di angkasa luas, membuat semua makhluk iri, ingin menjadi seperti dirinya. Tidak seperti diriku, setiap hari mengais makanan, terkurung dan tidak memiliki kebebasan sama sekali."

Kalo Elang Jawab, "Aku mau menjadi seekor ayam. Ayam tidak perlu bersusah payah terbang kesana-kemari untuk mencari mangsa. Setiap hari sudah disediakan makanan oleh petani, diberi suntikan untuk mencegah penyakit, dan ayam begitu terlindung di dalam kandang yang nyaman, bebas dari hujan dan panas."

Saat pertanyaan yang sama diberikan pada manusia, ternyata perempuan dan lelaki pun memberikan jawaban yang beda. Si Perempuan menjawab, "Saya ingin menjadi laki-laki. Pemimpin besar dan yang hebat-hebat adanya pasti di dunia laki-laki, Menjadi perempuan sangatlah menderita, harus selalu melayani, bertarung nyawa melahirkan anak, kemudian membesarkan mereka, ini adalah pekerjaan yang sangat melelahkan."

Kaum Lelaki jawabnya, "Aku mau jadi perempuan. Halus budi bahasanya, tidak perlu bekerja keras menghidupi keluarga, selalu disayang, dilindungi dan dimanjakan. Ingat, tidak ada pahlawan yang lahir tanpa seorang perempuan, surga saja ada di bawah telapak kaki ibu atau perempuan."

Setelah mendengar semua jawaban para mahluk ciptaan-Nya, Tuhan pun memutuskan tidak memberi kesempatan untuk memilih lagi. Maka, setiap makhluk akan kembali menjadi makhluk yang sama.

kerabat imelda.. Memang, tak bisa dipungkiri jika manusia kadang justru lebih sering memikirkan kelebihan, kebahagiaan, dan kesuksesan orang lain. Hal ini membuat orang acap kali mengabaikan apa yang sudah dimilikinya. Tak heran, jika pikiran selalu
dipenuhi dengan perasaan tersebut, maka hidup akan selalu menderita akibat
terbiasa selalu membanding-bandingkan. Padahal, tahukah kita jika orang yang kita pikirkan justru mungkin berpikir sebaliknya? Maka, mari... cintai apa yang kita miliki, hidup pasti akan lebih berarti. Maka, kita akan bisa menyongsong kegembiraan dan kebahagiaan sejati.

dari milis motivasi