Banyak orang yang tega membuang bayi yang masih hidup dengan banyak
alasan. Malu karena sang bayi lahir di luar pernikahan, atau.. takut
karena tidak punya biaya untuk menghidupi sang bayi. Tapi tahukah Anda,
seorang pemulung di China mampu mengadopsi 30 bayi yang dibuang. Inilah
kebesaran hati Tuhan yang kadang tak mampu dirasakan semua orang.
Nama wanita ini adalah Lou Xiaoying, usianya saat ini 88 tahun.
Pekerjaannya adalah pemulung sampah, suami Lou Xiaoying telah meninggal
17 tahun yang lalu. Keadaan hidup yang sulit dan keterbatasan ekonomi
tidak mengecilkan hati Lou Xiaoying untuk berbuat baik pada sesama
manusia. Dia telah mengadopsi 30 bayi sejak tahun 1972.
Walaupun usianya sudah menua, kebaikan hati Lou Xiaoying tidak surut
dimakan usia. Anak adopsi yang paling muda saat ini berusia enam tahun,
namanya Zhang Qilin. Lou Xiaoying menemukan bayi tersebut di tempat
sampah. Dengan kondisi yang lemah, wanita itu membawa sang bayi ke
rumahnya yang sangat kecil untuk dirawat. "Kini dia sudah menjadi anak
yang sehat dan bahagia," ujar Lou Xiaoying.
Sementara itu, anak adopsi pertama ditemukan Lou Xiaoying di jalan,
seorang bayi perempuan. "Ia terbaring di antara sampah di jalan,
terlantar," kenang wanita tua itu. Dengan keterbatasan Tidak semua bayi
yang ditemukan dan dirawat Lou Xiaoying terus bersamanya hingga dewasa.
Beberapa di antara mereka diadopsi keluarga yang lebih mampu.
"Saya tidak mengerti mengapa orang-orang tega meninggalkan bayi selemah
itu di jalan," ujar Lou Xiaoying. Baginya, bayi-bayi tersebut adalah
makhluk hidup yang berharga, mereka seharusnya mendapat kasih sayang dan
cinta.
Kisah ini mulai menyebar ke seluruh China dan mendapat perhatian dunia.
Seseorang yang menaruh simpati pada kisah ini Seseorang yang simpatik
terhadap Lou mengatakan bahwa pemerintah, sekolah, dan masyarakat China
yang tak berbuat apa-apa seharusnya malu pada Lou. “Dia tak punya uang
atau kekuasaan, tetapi mampu menyelamatkan anak-anak dari kematian dan
kondisi yang lebih parah,” ungkapnya.
Kisah nyata ini membuktikan bahwa kebaikan hati seseorang tidak dapat
dinilai dengan materi. Seorang pemulung sampah yang kehidupannya sulit
bisa memiliki hati semulia emas.
Jadilah manusia yang berguna untuk orang lain. Jangan menunggu materi
atau kesempatan. Hati mulia yang akan menuntun Anda.
SUMBER:vemale.com
Total Tayangan Halaman
30 Oktober 2012
Pengertian Cinta di Mata Anak-Anak
Bagi orang dewasa, cinta seringkali langsung diarahkan pada cinta dan
romansa dengan lawan jenis. Cinta yang seharusnya memiliki pengertian
yang sangat luas menjadi sempit saat kita semakin dewasa dan mengenal
pria yang membuat hati kita berdebar dan jatuh cinta.
Anak-anak yang masih polos dan belum terkena efek jatuh cinta pada lawan
jenis memiliki pengertian dan pemahaman cinta yang ternyata lebih luas
dan mengharukan. Inilah jawaban mereka saat kami bertanya pada beberapa
anak, "Menurutmu, cinta itu apa?"
"Cinta itu.. saat ayah dan bunda menciumku sebelum berangkat sekolah dan
sebelum tidur," - Sasha, 9 tahun
"Waktu teman Kiki meminjamkan pensilnya karena pensil Kiki patah," -
Kiki, 6 tahun
"Aku cinta ayah dan ibu, karena ayah sudah mencari nafkah dan ibu
memasak setiap hari supaya aku sehat dan tidak sakit. Itu cinta.." -
Tania, 7 tahun
"Kata ibu guru, semua yang dilakukan ayah dan ibu untuk Gina adalah
cinta," - Gina, 5 tahun
"Cinta itu misalnya.. waktu kakak membagi dua donatnya untuk Ema karena
donat punya Ema tidak sengaja jatuh," - Ema, 6 tahun
"Apa ya cinta itu? Kata papa dan mama, mereka menikah karena cinta. Oh..
cinta itu kalau papa dan mama sama-sama tersenyum seperti foto waktu
mereka menikah," - Nuri, 8 tahun
"Waktu ibu mengompres kening Pita dan menemani Pita waktu sakit," -
Pita, 7 tahun
"Cinta adalah.. selalu ada cinta di masakan bunda," - Rizky, 6 tahun
"Tita sering menangis kalau mati lampu, setiap kali ayah atau ibu
memberi pelukan, itu artinya cinta, iya kan?" - Tita, 5 tahun
"Cinta itu.. semua yang diberi Tuhan untuk Nia. Nia sudah diberi
kesehatan dan orang tua yang baik, jadi Nia juga harus cinta dengan
semua yang diberikan Tuhan dan tidak lupa berdoa," - Nia, 8 tahun
Ada banyak makna cinta yang sangat luas. Terlepas dari apa arti dan
makna cinta yang sesungguhnya, sudahkah Anda berterima kasih dan
bersyukur pada orang-orang yang mencintai Anda? Semoga pengertian cinta
yang diberikan anak-anak ini bisa menjadi pengingat bahwa cinta tak
sekedar luapan asmara pada lawan jenis.
Cinta ada di sekeliling Anda, bahkan di setiap napas yang Anda
hembuskan, tak perlu jauh-jauh mencarinya.
SUMBER:vemale.com
Ayah, Peganglah Tanganku Dan Jangan Lepaskan
Di alam liar, anak-anak dapat belajar banyak hal secara langsung tanpa
membuat mereka bosan. Bahkan pelajaran-pelajaran tersebut umumnya tak
ditemuinya di sekolah, namun sangat penting di dalam kelangsungan
hidupnya kelak. Dan, tak hanya anak-anak saja yang bisa memetik
pelajaran, orang tua juga banyak belajar hal-hal penting dalam hidupnya,
lewat hal-hal kecil yang mungkin sering dilewatkannya dalam keseharian.
Seperti cerita, berikut ini...
Suatu hari, seorang ayah mengajak anaknya bermain ke alam liar tak jauh
dekat rumahnya. Dengan membawa bekal secukupnya, mereka berencana
bermain di sebuah sungai indah yang airnya sangat jernih.
Uniknya, di sana banyak batang-batang dan akar-akar pohon yang menjuntai
di atas air. Menjadikannya sebuah tempat yang sangat unik dan menarik.
Di bawahnya, berlarian ikan-ikan kecil berwarna-warni. "Ini adalah
sebuah pelajaran yang tepat sekaligus hiburan untukmu, anakku," ungkap
ayahnya. Si kecil, Dewy-pun berlarian ceria di pinggir sungai itu.
"Ayah, mari kita menyusuri sungai ini. Di seberang sana banyak
bunga-bunga indah. Aku ingin memetiknya untuk ibu," kata Dewy. Sang ayah
mengangguk, "sebentar coba ayah lihat dulu apakah benar pohon ini kuat
menahan kita berdua.." sang ayahpun kembali, menyetujui saran Dewy dan
mengajaknya menyeberang sungai.
"De, coba pegang tangan ayah agar kamu tidak jatuh,"
"Tidak ayah. Kaulah yang seharusnya memegang tanganku,"
"Lho, apa bedanya?"
"Beda ayah. Jika aku yang memegang tanganmu, bila sesuatu terjadi
padaku, maka tanganku bisa terlepas. Tetapi, bila kau memegang tanganku,
aku percaya kau tak akan melepaskan aku sampai kapanpun, tak peduli
apapun yang terjadi padaku..."
Dan begitulah, setiap anak-anak percaya bahwa setiap orang tuanya akan
menjaga dan melindunginya setiap waktu. Menaruh harapan yang besar
sekalipun mungkin suatu hal buruk mungkin saja terjadi pada mereka
berdua. Tetapi, anak-anak tak pernah peduli akan hal itu. Selama ada
orang tuanya, selama tangannya tetap digenggam, ia tetap akan merasa
terlindungi.
Sudahkah Anda memberikan pelukan dan ciuman untuk anak Anda hari ini?
Mari membuat mereka merasa dilindungi dan dicintai.
SUMBER:vemale.com
Karena Berlari Menyelamatkan Hidup dan Cintaku
Panggil saja aku Shinta, usiaku sekarang 25 tahun. Bekerja di sebuah
perusahaan sebagai sekretaris dengan mobilitas yang tinggi. Di waktu
luang aku menyalurkan hobby yang juga menambah penghasilan, menjadi
model. Sebenarnya, pekerjaan sampingan ini adalah cita-cita dan impianku
sejak kecil, namun aku memutuskan menjadikannya sebagai sampingan saja,
karena aku tahu benar bahwa ada yang jauh lebih penting dari itu.
Kembali ke 7 tahun lalu, di mana aku masih duduk di bangku sekolah dan
tak punya banyak teman. Satu-satunya teman yang kumiliki bernama Yuni,
dan yang aku tahu juga bukan teman yang baik (pada akhirnya). Tinggiku
160 cukup ideal untuk ukuran wanita, namun beratku saat itu 80 kg.
Aku memang lahir di keluarga yang bertubuh besar. Kata ibuku, yang
penting sehat dan tidak sakit-sakitan. Tapi aku tak pernah sependapat
dengannya, menurutku kami sama sekali tidak sehat dengan berat badan dan
bentuk tubuh yang seperti saat ini. Sejak kecil aku selalu mendapat
olok-olok dari teman di sekolah, dari orang-orang yang kutemui di jalan,
juga termasuk sepupu-sepupuku. Aku tak pernah merasakan indahnya cinta
pertama. Yang justru sering kurasakan adalah cintaku bertepuk sebelah
tangan. Dan, apakah aku sudah pernah menyebutkan patah hati? Ya benar.
Aku sering sekali patah hati.
Celakanya, saat aku merasa kecewa dan sedih, aku akan mencoba
menenangkan diriku dan mengembalikan mood dengan semua makanan
favoritku. Ibu dan ayahku sendiri justru semakin memanjakan aku dengan
semua makanan enak-enak. Ya.. ya.. itu semua dilakukan karena mereka
begitu menyayangi aku. Tak ingin melihat aku bersedih dan kecewa.
Hans, seorang keturunan Manado yang sejak dulu menjadi sosok yang
kukagumi. Dia sosok yang manis, pendiam dan sopan. Di antara semua teman
sekelasku, mungkin hanya dia yang selalu memperlakukan aku dengan baik.
Sayangnya, karena pengalaman-pengalamanku sebelumnya, aku tak pernah
berani berbicara dan menyapanya. Kalau ketemu, aku hanya menunduk dan
mungkin hal yang paling berani kulakukan di depannya adalah tersenyum.
Berbeda dengan pria-pria lain yang pernah menyakitiku, yang sering
mengirim pesan jahat lewat secarik kertas, Hans selalu terlihat sempurna
di mataku.
Pelajaran olahraga adalah yang paling kubenci. Dengan tubuh XXL ini aku
sulit sekali bergerak. Sekali aku bergerak, serasa sekitarku ikut
berguncang. Dan mulai deh, teman-teman pria sekelasku langsung
menertawakan aku.
Suatu kali, aku merasa tubuhku kurang nyaman. Namun kupaksakan diriku
berangkat ke sekolah juga. Dan tepat di pelajaran olahraga, tubuhku
limbung. Masih terdengar sayup-sayup suara teman-teman wanita sekelasku
yang berteriak-teriak.
Terbangun dari pingsan, ternyata aku sudah berada di rumah sakit. Dengan
oksigen di hidung dan infus di tangan. Hah, kenapa ya aku?
Untungnya aku tak harus menginap. Malam harinya aku diperbolehkan pulang
dan melakukan rawat jalan. Yang kudengar dari ibu, ada banyak lemak
yang membungkus jantungku, membuat terkadang rasanya nyeri. Ah,
seharusnya bukan hal yang mengherankan dengan tubuh sepertiku. Yang
membuat aku terkejut sebenarnya, ternyata beratku sudah mencapai nyaris
100 kg. Oh tidak, Shinta... mau jadi apa kamu?
Dokter juga mengatakan, yang wajib kulakukan adalah diet dan
berolahraga. Aku harus benar-benar memperhatikan setiap menu makanku.
Mengisi aktivitas dengan olahraga rutin dan benar sehingga berat badanku
bisa turun. Hanya itulah satu-satunya jalan, karena sebenarnya problem
utama kesehatanku adalah terlalu banyak kandungan lemak di tubuhku.
Kematian, itulah ancamannya jika aku tidak segera menurunkan berat
badanku. Sesuatu yang jauh lebih menyakitkan ketimbang sendirian, patah
hati, dan tak punya teman.
Aku sempat menceritakan kondisiku pada Yuni. Dan jawabannya di luar
dugaanku, ia tidak menyemangatiku, tidak mendukungku, dan malah
menyalahkan aku atas kondisi tubuhku. Hmm... Dia mungkin tak sepenuhnya
salah, hanya aku saja yang terlalu berharap ada orang yang mau berteman
dan memberikan dukungannya kepadaku (hiburku).
Berjalan dalam kegundahan, diam-diam semua teman-teman di sekolah tahu
kondisiku. Hahh... sudah bisa ditebak kan siapa yang menyebarkan berita
tentang kondisi kesehatanku. Aku semakin malu, dan semakin merasa
bersalah karena aku tak tahu harus berbuat apa. Di situlah awalnya, Hans
mendekatiku.
Setiap sore hari, aku membagi waktu antara les pelajaran dan jadwal
olahragaku. Partner yang membantuku berolahraga sungguh di luar dugaan.
Dia adalah Hans, yang menawarkan bantuan tulus untukku. Katanya, ia
ingat dengan kondisi salah seorang keluarga dekatnya, yang mengalami
kasus sama sepertiku. Sayangnya pertolongan itu datang terlambat. Kini,
ia tak mau kejadian serupa terulang lagi, sehingga ia bersedia membagi
waktunya dan menemaniku berlatih.
Suatu keajaiban menurutku, bisa berbincang, bercanda dan melakukan
kegiatan bersama Hans. Hal yang tak pernah kuduga sebelumnya akan
terjadi.
Latihan yang kulakukan sebenarnya simple, berlari. Kata Hans, lari
adalah olahraga yang murah, efektif dan mudah dilakukan. Awalnya, kami
berlari memutari blok rumah. Semakin lama, jarak tempuhnya ditambah,
kamipun seringkali menyelingi dengan menambahkan tantangan waktu
sehingga kami bisa balapan di tempat yang kutuju. 1 bulan... 2 bulan...
tak terasa hal itu sudah terjadi selama 1 tahun. Dan tebak saja, beratku
saat ini sudah 60 kg. Yang mungkin bagi beberapa orang aku masih
terlihat gemuk, tetapi bagiku ini adalah pencapaian luar biasa dari
berat yang semula hampir 100 kg.
Lulus dari SMA, akupun masih melanjutkan kebiasaanku. Masih ditemani
Hans dan dilakukan dalam jadwal yang rutin. Targetnya kini meraih berat
badan idealku, agar aku bisa masuk ke kelas model seperti idamanku.
Hans, kini menjadi kekasihku. Mengubah statusnya dari seseorang yang
kukagumi menjadi kekasih. Bukan karena berat badanku yang sudah turun
lho. Jauh sebelum jarum di timbangan menunjuk ke angka 60, Hans sudah
terlebih dahulu 'menembakku', memintaku menjadi kekasihnya dan
menyatakan perasaannya padaku. Menurutnya, aku cantik, dan aku memiliki
kepribadian yang menyenangkan, tulus, tak seperti wanita-wanita lain di
kelasku.
Hingga saat ini, aku berhasil menyelamatkan hidupku, meraih cintaku, dan
juga berat badan idealku. Banyak hal penting yang kupelajari dan selalu
kuingat adalah aku tak pernah menyesali berat badanku, justru di sana
aku bertumbuh dan belajar banyak hal baru. Aku juga tak lantas sombong
karena memiliki badan yang ideal, karena aku pernah berada di posisi
mereka yang dicibir dan diolok-olok. Dan aku juga tahu bahwa sebenarnya
melarutkan diri dalam kegemukan dan makanan tidak akan membuat tubuh
jadi sehat, justru mengundang ragam penyakit datang mengancam.
Terima kasih Hans, terima kasih lari yang menyenangkan, keduanya telah
mengubah hidupku.
Pesanku, kepada teman-teman yang mungkin memiliki problem yang sama
sepertiku, olahraga termurah dan efektif adalah berlari. Larilah demi
kesehatanmu, demi impian dan cintamu.
SUMBER:vemale.com
Kebahagiaan Ada di Mana-mana
Alkisah, ada seorang pemuda duduk di tepi telaga. Matanya mengarah ke
hamparan air telaga, tapi tatapannya kosong. Dia sudah mendatangi
berbagai tempat di seluruh penjuru mata angin, tapi belum ada satu pun
yang memuaskannya. Kesunyian mulai muncul, hingga terdengar suara
memecah kediaman itu.
"Sedang apa kau di sini, anak muda?" tanya seorang kakek. Anak muda itu
menoleh ke samping. "Aku lelah, Pak Tua. Aku sudah menempuh perjalanan
berkilo-kilo meter jauhnya untuk mencari kebahagiaan, tapi perasaan itu
tak kunjung kudapatkan. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah,
tapi tak ada tanda-tanda kebahagiaan hadir dalam diriku. Ke mana lagi
aku harus mencarinya?" tanya si anak muda yang putus asa itu.
"Di depan sana ada sebuah taman. Pergilah kau ke sana. Tangkaplah seekor
kupu-kupu untukku, nanti kau akan mendapat jawaban dari pertanyaanmu
itu," pinta si kakek. Meski merasa ragu, anak muda itu akhirnya menuruti
permintaan itu. Dia pun segera melangkah menuju taman seperti yang
ditunjukkan si kakek. Sesampainya di sana, sebuah taman yang sangat
indah terhampar di hadapannya. Taman itu penuh dengan pohon dan bunga
yang bermekaran. Tak heran, banyak pula kupu-kupu yang beterbangan di
sana.
Diam-diam si kakek memperhatikan gerak-gerik si pemuda itu dari
kejauhan. Dilihatnya si pemuda mengendap-endap menuju sasarannya. Hap!
Sasaran itu luput. Dikejarnya kupu-kupu ke arah lain. Hap! Lagi-lagi
gagal. Dia pun akhirnya mulai berlari tak beraturan. Menerjang segala
benda yang ditemuinya di taman itu demi mendapatkan kupu-kupu itu.
Rerumputan, tanamana, semak, perdu dan lainnya. Meski sudah bergerak ke
sana kemari, tak satu pun kupu-kupu berhasil ditangkapnya. Dia mulai
kelelahan.
Akhirnya si kakek berteriak menghentikan kegiatan si pemuda. Disuruhnya
si pemuda untuk beristirahat sejenak. Si kakek berjalan mendekat, dan
terlihat ada sekelompok kupu-kupu beterbangan di sekitar kakek itu.
Sesekali ada dua-tiga kupu-kupu hinggap di tubuhnya yang renta itu.
"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang?
Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau
rusak?" tanya si kakek.
Sang kakek menatap pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itu ibarat
menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar.
Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu. Tangkaplah
kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang
dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah
kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak
akan lari ke mana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering
datang sendiri."
Kakek itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu
yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu,
memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Layaknya kebahagiaan yang hadir
dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang
mampu menyelaminya.
Percayalah, kebahagiaan itu ada di mana-mana. Rasa itu ada di sekitar
kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak
pernah mempedulikannya. Mungkin juga, rasa bahagia itu beterbangan di
sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya. Maka
itulah, mulai sekarang mari kita memperhatikan lebih saksama apa yang
terjadi di sekitar supaya kita tidak melewatkan kebahagiaan yang
menghampiri kita.
SUMBER:Tim AndrieWongso - andriewongso.com
Kisah Rahasia Kebahagiaan
Alkisah, ada lelaki tua yang berjalan masuk ke sebuah restoran dengan
langkahnya yang terseret-seret. Dengan kepala yang dimiringkan dan
bahunya yang berposisi agak membungkuk ke depan, lelaki itu bersandar
pada tongkat andalannya dengan langkah-langkah yang tidak terburu-buru.
Jaket kainnya yang terlihat sobek-sobek, celana panjangnya yang
bertambal, sepatunya yang usang, dan kepribadiannya yang hangat
membuatnya tampil berbeda dari pengunjung lainnya di Sabtu pagi itu.
Yang tak terlupakan adalah kedua matanya yang berkilau bagai intan,
pipinya yang lebar dan kemerahan, serta bibir tipisnya yang membentuk
senyuman hangat.
Langkahnya terhenti, dan ia pun membalikkan badan, berkedip pada seorang
anak kecil yang duduk di dekat pintu. Anak itu membalasnya dengan
cengiran lebar. Seorang pelayan muda bernama Nina memperhatikannya
berjalan terseret-seret menuju sebuah meja di samping jendela.
Nina menghampiri lelaki tua itu, dan berkata, "Mari, Pak, saya bantu
Anda duduk."
Tanpa berkata apa pun, lelaki tua itu tersenyum dan mengangguk sebagai
ucapan terima kasih. Nina menarik kursi dari meja. Dengan satu
tangannya, Nina membantu lelaki itu duduk di kursi hingga merasa nyaman.
Lalu, si pelayan menarik meja ke dekat lelaki tua itu, dan menyandarkan
tongkatnya pada meja agar mudah dijangkaunya.
Dengan suara yang jernih dan lembut, lelaki itu berkata, "Terima kasih,
dan semoga kamu mendapat berkah atas kebaikanmu."
"Sama-sama, Pak," jawab si pelayan. "Nama saya Nina. Saya akan kembali
sebentar lagi dan kalau perlu sesuatu, panggil saja saya."
Setelah lelaki tua itu menghabiskan makanan dan minumannya, Nina
membawakan uang kembalian. Lelaki itu meletakkannya di atas meja. Nina
membantu lelaki itu bangkit dari kursi dan keluar dari mejanya. Nina
memberikan tongkatnya dan menggandengnya hingga ke pintu depan.
Sembari membukakan pintu, Nina berkata, "Silakan datang kembali, Pak!"
Lelaki tua itu berbalik, berkedip dan tersenyum, lalu mengangguk sebagai
ucapan terima kasih. "Tentu saja," katanya lembut.
Ketika Nina membersihkan meja yang tadi dipakai lelaki itu, ia hampir
saja pingsan. Di bawah piring, ia menemukan sebuah kartu nama dan pesan
di sebuah tisu dengan tulisan tangan yang agak acak-acakan. Di bawah
tisu itu terselip lima lembar uang seratus ribu rupiah.
Pesan pada tisu itu berbunyi demikian: "Dear Nina, saya sangat
menghormati kamu dan saya bisa lihat bahwa kamu pun menghormati diri
sendiri. Itu terlihat dari caramu memperlakukan orang lain. Kamu telah
menemukan rahasia kebahagiaan. Sikap hangatmu itu akan terpancar ke
semua orang yang kamu jumpai."
Ternyata setelah diselidiki, lelaki tua yang dilayani Nina tadi adalah
pemilik restoran tempatnya bekerja. Inilah kali pertama Nina dan juga
para karyawan lainnya melihatnya secara langsung.
Temukan kebahagiaan sejati dari cara kita memperlakukan orang lain! Luar
Biasa!
SUMBER: Tim AndrieWongso - andriewongso.com
Arti Hidup
Alkisah, ada seorang gadis yang bisa melakukan apa saja yang dia
inginkan. Yang perlu dilakukannya hanya memilih hal yang ingin
dikerjakan dan berfokus. Suatu hari, duduklah dia di depan sebingkai
kanvas kosong dan mulailah dia melukis. Setiap goresan di atas kanvas
terlihat lebih sempurna, lambat-laun membentuk sebuah mahakarya yang
tanpa cacat. Saat lukisannya selesai dikerjakan, gadis itu memandang
hasil karyanya dengan bangga dan tersenyum puas.
Lukisan yang baru saja dibuatnya menegaskan bahwa si gadis memang punya
bakat melukis. Dia seorang seniman, dan dia sendiri juga menyadarinya.
Tapi sesaat setelah lukisannya jadi, si gadis menjadi cemas dan
cepat-cepat bangkit berdiri. Karena dia sadar meski dia mampu berbuat
apa pun di dunia ini sesuai keinginannya, dia hanya menghabiskan
waktunya menggerakkan dan menggoreskan tinta di atas sebingkai kanvas.
Dia merasa masih ada banyak hal di dunia ini yang bisa dilihat dan
dilakukannya-ada begitu banyak pilihan. Dan jika akhirnya dia memutuskan
untuk melakukan sesuatu yang lain dengan hidupnya, maka waktu yang
dihabiskannya untuk melukis akan menjadi sia-sia. Si gadis melihat
sekilas hasil karyanya untuk terakhir kalinya, dan berjalan keluar di
tengah cahaya bulan. Ketika dia berjalan, dia juga berpikir. Lalu, dia
berjalan lagi dan lagi.
Selagi berjalan, si gadis tidak memperhatikan awan dan bintang di langit
yang berusaha memberi isyarat padanya, karena dia terlalu sibuk dengan
keputusan penting yang harus dibuatnya. Dia harus memilih satu hal yang
akan dikerjakannya di antara banyak kemungkinan yang ada di dunia.
Haruskah dia belajar kedokteran? Atau mendesain bangunan? Atau mengajar
anak-anak? Dia benar-benar bingung.
Dua puluh lima tahun kemudian, gadis itu mulai menangis. Karena dia
menyadari selama ini dia sudah menempuh perjalanan yang sangat panjang.
Selama bertahun-tahun itu pula, dia menjadi begitu tergoda pada segala
kemungkinan yang bisa dilakukannya tapi akhirnya tak satu pun yang
berarti yang telah dilakukannya. Dan akhirnya, dia menyadari bahwa hidup
itu bukanlah tentang kemungkinan (segala hal itu mungkin). Hidup itu
tentang menentukan sebuah pilihan (memutuskan melakukan sesuatu yang
benar-benar disukai).
Maka gadis itu, yang sudah bertambah dewasa, membeli sejumlah kanvas dan
cat lukis dari toko barang kerajinan. Lalu, dia mengarahkan mobilnya
menuju taman terdekat, dan mulai melukis. Satu goresan dengan indah
berlanjut ke goresan berikutnya sama seperti yang pernah dihasilkannya
bertahun-tahun lalu. Siang berganti malam, dan si gadis masih saja terus
melukis. Karena dia akhirnya sudah membuat suatu keputusan. Dan masih
ada cukup waktu yang tersisa untuk bersuka-ria dengan keajaiban dalam
hidup ini.
Sama seperti gadis dalam kisah tadi, sebagian kita sering kali hanya
berjalan keliling tanpa tujuan. Kita seakan sibuk dengan berbagai hal,
tapi tak satu pun yang benar-benar berarti dan bermakna. Akhirnya, apa
pun yang kita peroleh terasa hampa dan tidak memuaskan hati. Maka, mari
kita berhenti sejenak untuk merenungkan apa tujuan sejati kita dalam
hidup ini? Apa yang benar-benar menggerakkan hati kita? Jika sudah
mendapatnya, berfokuslah pada tujuan itu.
SUMBER:Tim AndrieWongso - andriewongso.com
Pelecut Sukses
Alkisah, ada seorang perempuan muda yang bekerja di salah satu salon
kecantikan papan atas di New York, yang sering dikunjungi oleh kalangan
atas dan selebritis. Suatu hari dia terkagum-kagum melihat pakaian
seorang pelanggan kaya yang sedang berkunjung ke salon tempatnya
bekerja. Rasa ingin tahunya langsung muncul, dan lalu bertanya dengan
pertanyaan spontan, "Di mana Ibu membeli pakaian Ibu ini, ya?"
Pelanggan kaya itu menatap dirinya dengan sikap dingin dan tatapan
tajam. Dan dengan ketus, dia menjawab, "Untuk apa kamu mau tahu di mana
saya membelinya? Kalau saya katakan, toh kamu tidak akan sanggup
membelinya."
Mendengar kata-kata hinaan itu, si pekerja salon melangkah pergi dengan
wajah merah padam. Perasaannya terluka, tapi batinnya berbicara, "Saya
berjanji suatu hari saya pasti bisa mendapat semua seperti yang dipunya
wanita kaya itu: perhiasan, rumah mewah, uang yang banyak. Mulai
sekarang tidak akan ada lagi orang yang berkata seperti itu pada saya."
Tahun demi tahun pun berlalu. Di berbagai surat kabar mulai terpampang
foto-foto si pekerja salon tadi bersama orang-orang top dunia, seperti
Pangeran Charles, Putri Grace dari Monaco, Rose Kennedy, TC Cooke, dan
lainnya.
Pekerja salon itu adalah Estee Lauder (1906-2004). Bisa dibilang, pada
masa hidupnya, ia adalah salah satu wanita terkaya di dunia dan
merupakan pionir dalam industri kecantikan dunia. Perusahaan Estee
Lauder Companies miliknya dibangun pertama kali bersama suaminya Joseph
Lauder. Perusahaan ini adalah induk dari berbagai merek kosmetik dan
fashion bergengsi. Contohnya, Donna Karan Cosmetics, Tommy Hilfiger
Toiletries, Aramis, Clinique, dan Mac. Produk-produk Estee Lauder
Companies dijual di lebih dari 130 negara di lima benua. Mengenai kisah
suksesnya, Estee berulang kali mengatakan, "Saya bisa berhasil tidak
hanya dengan berdoa atau berharap, tapi juga dengan bekerja."
Kerabat Imelda..Kisah Estee Lauder tadi menegaskan betapa sebuah hinaan
atau cercaan itu sebenarnya bisa memberikan manfaat besar bagi hidup
kita. Estee Lauder telah membuktikannya. Dia mampu mengubah perasaan
negatifnya terhadap wanita yang menghinanya menjadi motivasi besar
dirinya untuk meraih sukses.
Jika ada orang yang meremehkan atau menghina kita, biarkan saja. Tapi,
jangan sampai kita kehilangan rasa percaya diri dan meratapi diri kita
atas hinaan itu, apalagi menyimpannya menjadi dendam hingga mengharapkan
hal-hal buruk terjadi pada orang yang menghina kita. Seperti yang
dilakukan Estee Lauder, kita juga bisa mulai belajar untuk mengubah
kata-kata negatif sebagai "pelecut" semangat kita untuk meraih
keberhasilan yang lebih besar.
SUMBER: Tim AndrieWongso - andriewongso.com
Bekerja Untuk Belajar
Setiap orang pasti memiliki motivasi tertentu dalam setiap tindakan dan
kegiatan yang dilakukannya, entah itu bersifat materi maupun nonmateri.
Begitu pula dalam bekerja.
Orangtua kita dulu sering kali memberikan nasihat yang secara langsung
memberikan motivasi kepada kita. "Nak, kamu belajar yang rajin dan tekun
agar kelak bisa cepat dapat kerja dan mendapat uang yang banyak."
Demikian salah satu kalimat yang mungkin pernah kita terima.
Sepintas, tidak ada masalah dengan nasihat tersebut karena memang orang
yang bekerja pastilah mendapatkan imbalan dalam bentuk uang. Namun,
menjadikan uang sebagai satu-satunya alasan atau sebagai motivasi utama
dalam bekerja, menurut saya, adalah sebuah masalah besar. Kenapa? Karena
orang bisa menghalalkan segala cara dalam bekerja demi mendapatkan
sejumlah uang yg diidamkannya.
Dalam konteks yang berbeda, seseorang bisa merasa kecewa dan frustrasi
apabila imbalan uang yang diterimanya tidak sesuai dengan harapannya.
Akibatnya, ia malah menjadi malas-malasan dalam bekerja dan cenderung
tidak berprestasi.
Kalau begitu, apa motivasi lain yang perlu kita kembangkan selain uang?
Belajar. Ya betul, belajar adalah salah satu motivasi yang sangat baik
bagi siapa pun dalam posisi apa pun dan di mana pun ia berada. Apalagi
bagi seorang karyawan yang masih relatif muda secara usia dan
pengalaman.
Sekolah atau kuliah memang mengajarkan banyak hal, namun hampir sebagian
ilmu yang kita pelajari di meja sekolah/kuliah terkadang "hilang"
begitu saja ketika kita masuk dunia kerja. Apalagi bila kita bekerja
dalam bidang yang tidak relevan dengan bidang sekolah/kuliah dulu.
Oleh karenanya, saya sering mengatakan bahwa bekerja adalah lahan
belajar yang sebenarnya. Bekerja adalah dunia belajar yang sesungguhnya
yang sangat penting dalam mengasah ilmu dan skill seseorang.
Seseorang yang punya motivasi belajar dalam bekerja, akan cenderung
ingin melakukan hal-hal sebagai berikut:
- mengetahui banyak hal baru, bukan hanya bidang yang digelutinya saat
ini.
- mencoba banyak hal lain, dengan tujuan untuk menambah pengalaman.
- secara sukarela membantu rekan kerjanya baik sesama bagian maupun
berbeda departemen.
- menantang dirinya sendiri untuk mampu menyelesaikan masalah-masalah
yang sebenarnya.
Seseorang yang memiliki motivasi belajar dalam bekerja tidak akan pernah
merasa rugi, apa pun kondisi yang dialaminya, berapapun imbalan yang
diterimanya dan bagaimanapun kondisi perusahaannya. Ia akan tetap
menatap dengan penuh optimis dan antusias.
Cara belajar terbaik adalah dengan melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan atau dengan kata lain dengan cara bekerja, sebagaimana
pesan dari Benjamin Franklin (seorang tokoh ternama dunia; pemimpin
revolusi AS), yaitu "Tell me and I forget, teach me and I may remember,
involve me and I learn."
SUMBER:Nasrul Chair - andriewongso.com
Doa Seorang Anak
Alkisah suatu hari di sebuah sekolah, ada lomba mobil balap mainan. Pada
babak final, tersisa 4 orang anak. Salah satunya bernama Benny.
Dibanding semua finalis, mobil Benny paling tidak sempurna.
Saat pertandingan akhir akan dilangsungkan, Benny meminta waktu
sebentar. Ia tampak komat-kamit berdoa. Lalu, tak lama kemudian, ia
berkata, "Ya, aku siap!"
Dor! Tanda lomba dimulai. Dengan satu hentakan kuat, semua mobil itu pun
meluncur cepat, dibantu dorongan tangan anak-anak itu. Ternyata,
pemenangnya adalah Benny!
Benny maju dengan bangga saat pembagian piala. Dia sempat ditanyai pak
guru, "Hai jagoan :) Kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu
menang, kan?"
Benny terdiam sejenak, lalu menjawab. "Bukan, Pak. Saya merasa kurang
adil meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan teman-teman lain.
Aku hanya mohon pada Tuhan, supaya aku tidak menangis jika aku kalah."
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah
gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Kerabat Imelda.. Kita sering meminta pada Yang Maha Kuasa untuk
menghalau semua halangan dan menjadikan kita "nomor satu". Mungkin kita
kurang percaya bahwa kita itu sebenarnya cukup kuat (dalam berjuang dan
mampu menerima setiap kekalahan tanpa menangisi terlalu lama). Ada
baiknya, memanjatkan doa dalam ketegaran yang berserah, yakin bahwa
hasil apa pun yang didapat, itulah yang terbaik saat ini-bagi kita dan
di hadapanNya.
SUMBER:Tim AndrieWongso - andriewongso.com
Bahagia Menjadi Seorang Guru
Quote dari Storm Jameson : "Happiness comes of the capacity to feel
deeply, to enjoy simply, to think freely, to risk life, to be needed. -
Kebahagiaan berasal dari kapasitas untuk merasakan, menikmati, berpikir
bebas, menghadapi risiko hidup, dan menjadi dibutuhkan."
Kerabat Imelda...Kebahagiaan adalah ide yang sangat abstrak dan bersifat
sangat subyektif. Kebahagiaan dapat terkait dengan tercapainya suatu
keinginan atau kebutuhan kita. Tetapi kebahagiaan seorang guru menurut
saya sangat terkait dengan tanggung jawabnya mendidik dan mengajarkan
nilai-nilai penting dan inspiratif terhadap para siswanya. Ketika
seorang guru dapat melakukan beberapa hal berikut ini kemungkinan besar
ia dapat memiliki semua sumber kebahagiaan bahkan lebih dari semua yang
dipaparkan oleh Storm Jameson tersebut.
Seorang guru bahagia karena ia mencintai profesi sebagai pendidik. Ia
mendapatkan kepuasan tersendiri ketika dapat mendidik para murid,
walaupun mungkin kehidupan pribadi mereka sederhana dan jauh dari
kemewahan. Seorang guru akan jauh lebih bahagia, jika apa yang telah
mereka lakukan tak hanya membuat para murid pintar melainkan
menginspirasi bahkan menggerakkan para murid untuk mengubah diri mereka
menjadi lebih baik.
Mencintai proses pembelajaran dengan memperluas wawasan ilmu pengetahuan
melalui berbagai macam buku, seminar, kaset, radio dan lain sebagainya
adalah sumber kebahagiaan seorang guru. Karena tanggung jawab seorang
guru bukanlah sekadar menjelaskan subyek atau materi pelajaran,
melainkan memberikan contoh sikap bahwa kemauan untuk terus belajar
dapat meningkatkan kreatifitas dan memaksimalkan potensi diri. Seorang
guru akan semakin bahagia jika mampu menginspirasi para siswa belajar
lebih giat.
Rasa syukur yang besar terhadap Tuhan YME mendatangkan keindahan dan
kebahagiaan. Rasa syukur membuat guru lebih bahagia, karena rasa syukur
itu membuatnya dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada para muridnya
dengan bahasa yang positif pula. Ia akan lebih bahagia jika sikap yang
positif serta ilmu pengetahuan yang ia sampaikan menginspirasi para
muridnya untuk lebih kreatif dan positif dalam menggunakan ilmu
pengetahuan tersebut.
Seorang guru akan bahagia jika tidak membebani hidupnya dengan orientasi
mendapatkan imbalan. Ia bahagia karena tidak pernah mengharap balas
jasa dari murid atas semua yang diberikannya. Ia sudah cukup senang
dapat mengabdikan diri untuk membentuk para tunas bangsa menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas.
guru
Guru akan bahagia jika berhasil membangkitkan semangat para murid yang
nyaris terpuruk karena kehilangan jati diri. Untuk semua itu ia akan
rela melakukan apapun, walaupun harus menghadapi banyak kesulitan.
Mendampingi dan membentuk anak-anak didik menjadi tegar dan optimis,
baginya jauh lebih menyenangkan dibandingkan apa pun juga.
Seorang guru bahagia, jika ia menjadi diri sendiri dan tidak
membandingkan dengan orang lain. Ia bebas berekspresi sebagai diri
sendiri dalam menyampaikan ilmu pengetahuan agar terserap dan bermanfaat
bagi anak didiknya. Ia akan berbahagia jika etika yang ia tunjukkan itu
dapat menumbuhkan keberanian para murid untuk menjalani kehidupan
dengan jujur dan menghargai diri sendiri.
Guru bahagia karena ia mencintai murid-muridnya, bagaimanapun keadaan
mereka. Ia menikmati saat bersama-sama berjuang melawan keterbatasan
diri dengan ilmu pengetahuan dan budi pekerti. Sebagaimana M. Scott Peck
mengatakan, "When we love something it is of value to us, and when
something is of value to us we spend time with it, time enjoying it and
time taking care of it. - Ketika kita mencintai sesuatu maka itu akan
berarti bagi kita. Ketika sesuatu berarti bagi kita, maka kita akan
senang menghabiskan waktu untuknya, menikmatinya, dan memeliharanya".
Guru yang bahagia adalah guru yang terus memperkaya ilmu pengetahuannya.
Dengan demikian ia dapat mengkreasikan metode mengajar, sehingga para
murid dapat dengan mudah menyerap ilmu pengetahuan yang ia sampaikan.
Semakin luas ilmu yang ia miliki, semakin mudah baginya mengubah
kesulitan hidup menjadi anugrah yang membahagiakan.
Seorang guru bahagia, karena kehidupannya berjalan seimbang.
Keseimbangan tersebut dikarenakan ia mampu memanajemen waktu. Ia dapat
menggunakan waktu secara efektif dan proporsional untuk diri sendiri,
keluarga, profesi, kegiatan sosial, belajar dan beribadah.
Sumber kebahagiaan seorang guru berasal dari dalam dirinya sendiri. Ia
bahagia ketika mampu menginspirasikan harapan, kebahagiaan, kekuatan
sekaligus nilai-nilai moralitas kepada generasi masa depan. Ia akan
lebih bahagia jika para anak didik itu mampu melakukan hal serupa dengan
dirinya.
SUMBER:Andrew Ho - andriewongso.com
Langganan:
Postingan (Atom)